Peran Orang Tua Dalam Penerapan Pembelajaran Jarak Jauh

 

Sudah hampir 4 bulan lebih lamanya pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sejak setelah di keluarnya peraturan dari Kemdikbud melalui Surat Edaran Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No 36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Pencemaran Covid-19. Akibat dari pemberlakuan perarturan Pembelajaran Jarak Jauh tentu menuai adanya pro dan kontra. Pemerintah harus berupaya menjaga penyebaran virus Covid-19 dan disisi lain proses pendidikan harus tetap berlangsung. Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh pada siswa hingga sampai saat ini di rasa masih kurang optimal. Adanya beban target capaian yang harus di capai begitu banyak membuat para guru harus bekerja lebih ekstra. Nadim Anwar Makarim dilansir dari media Kontan.co.id juga menyampaikan ada 3 akibat ketika Pembelajaran Jarak Jauh terlalu lama di jalankan. Diantaranya ialah ancaman putus sekolah, penurunan capaian belajar dan ketiga resiko kekerasan pada anak dan resiko eksternal. Hal tersebut menjadi tantangan bagi kita semua untuk bisa beradaptasi dan bekerjasama. Tidak hanya seorang guru saja yang harus mendidik para anak-anak di seluruh Indonesia perlu juga adanya peran dan dukungan dari orang tua.

Beberapa fakta yang telah ditemukan di lapangan selama kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh berlangsung. Salah satunya akibat dari kebijakan ini tentu menjadikan capaian target pembelajaran kurang optimal. Jika kita lihat kedalam apa saja faktor yang menyebabkan pembelajaran ini di rasa masih kurang optimal. Pertama masalah kondisi insfratruktur jaringan koneksi internet setiap daerah berbeda-beda dan sebagian besar belum siap untuk dilakukannya kebijakan ini. Mungkin untuk wilayah yang notabennya sudah cukup maju dan akses koneksi internet mudah didapatkan tidak menjadi suatu kendala. Tetapi berbeda dengan wilayah perdesaan yang masih sulit untuk menjangkau koneksi internet.

Kedua masalah SDM, kondisi SDM masyarakat di setiap daerah memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Tingkat kualitas SDM khususnya orangtua siswa juga sangat berpengaruh pada keberhasilan Pembelajaran Jarak Jauh ini. Bagi orang tua yang sudah memiliki mindset yang lebih jauh dan lebih luas akan berorientasi pada jangka panjang dan mendukung sepenuhnya proses pembelajaran ini. Tetapi berbeda jauh dengan kondisi orang tua yang memiliki tingkat kesadaran belum terlalu tinggi hanya sebatas menjalankan peraturan yang ada. Beberapa kondisi orang tua di perkotaan maupun di perdesaan yang notabennya mereka harus sibuk mencari nafkah bagi anak-anak mereka dan harus menambah peran sebagai pendamping dalam proses Pembelajaran Jarak Jauh tentu hal ini tidak mudah. Beberapa orang tua yang memiliki pekerjaan yang lebih banyak terkandang lebih cenderung sudah merasa lebih capek dengan pekerjaan terlebih dahulu. Sehingga enggan untuk mendampingi anak-anak mereka. Terlebih kondisi anak sangat beragam, tidak semua anak mudah untuk diatur. Bagi kondisi anak yang cukup sulit untuk diatur terkadang menjadi momok. Bahkan beberapa orangtua yang mendapatkan laporan anaknya terlalu banyak tugas dan anak tersebut tidak mau mengerjakan mereka memilih jalan dengan cara mengerjakan semua tugas anaknya lalu di setor begitu saja kepada guru. Mereka melakukan hanya sebatas formalitas saja tanpa melihat efek jangka panjang terhadap seorang anak. Tentu harus ada kontroling dari seorang orang tua dan peran dari pihak pemerintah untuk mengarahkan kepada para masyarakat dalam mendampingi proses Pembelajaran Jarak Jauh.

Melihat kondisi SDM beberapa orang tua di lapangan belum tentu tidak semuanya memahami pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh. Oleh karena itu para guru baik pihak pemerintah mengedukasi kepada orang tua siswa mengenai langkah Pembelajaran Jarak Jauh. Diantaranya: (1) Memahami siswa dan orangtua siswa, yang dimaksud memetakan akses dan kemampuan mengoperasikan teknologi yang dimiliki orangtua siswa; (2) Orangtua adalah ujung tombak yang mendampingi anak-anak secara langsung; (3) Pembelajaran yang tidak memberatkan dan bisa dilakukan dari rumah, belajar mengeksplorasi lingkungan sekitar rumahnya namun tetap sejalan dengan kurikulum pemerintah; (4) Tantangan mengajar siswa baru dari jarak jauh adalah bagaimana membuat anak-anak yang notabenya baru saja memasuki lingkungan belajar baru bisa nyaman dengan minimnya interaksi dengan guru; (5) Membuat siswa nyaman dan tertarik dengan pelajaran; (6) Kesepakatan belajar.

Dari segi faktor eksternal perkembangan teknologi sangat berpengaruh. Apalagi saat ini perkembangan games E-Sport pada kalangan remaja sangat berkembang pesat. Hampir setiap anak SMP bermain games E-Sport seperti Mobile Legend, PUBG, Free Fire dll. Dikutip dari dream.co.id, Menurut hasil studi yang dirilis oleh POKKT, Decision Lab dan Mobile Marketing Association (MMA), pada Oktober 2018 data pengguna E-Sport sudah mencapai 60 Juta pengguna dan rata-rata di kalangan remaja atau generasi milenials. Dan diperkirakan akan masih terus tumbuh setiap tahun. Tentu menjadikan masalah bagi beberapa orang tua di keluhkan dengan kondisi ini. Terkadang si anak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain games ketimbang belajar, mengerjakan tugas, membantu orangtua ataupun bersosialisasi dengan orang lain.

Laju perkembangan kecepatan teknologi harus bisa diimbangi dan dijaga agar tidak menimbulkan efek negatif bagi generasi muda. Bagi seorang orang tua yang memiliki tingkat kesadaran lebih menjadikan tantangan harus ekstra mengarahkan anak-anaknya. Di sinilah peran orangtua sangat penting dalam dunia pendidikan. Sebagus apapun sistem pendidikan disekolah tetapi jika sistem kontrol dalam keluarga masih sangat kurang akan berdampak pada keberhasilan seorang anak. Pada dasarnya pendidikan di dalam keluarga adalah pendidikan yang pertama kali mereka dapatkan. Selo Soemarjan (1962) dan Abdullah (dalam Roucek dan Warren, 1994:127) menyebut keluarga itu adalah sebagai kelompok inti, sebab keluarga adalah masyarakat pendidikan pertama bersifat alamiah. Di alam keluaga Anak dipersiapkan oleh lingkungan keluarganya untuk menjalani tingkatan-tingkatan perkembangannya sebagai bekal untuk memasuki dunia orang dewasa, bahasa, adat istiadat dan seluruh isi kebudayaan merupakan pekerjaan yang dikerjakan keluarga dan masyarakatnya didalam mempertahankan kehidupan oleh keluarga Seperti kondisi saat inilah pemerintah perlu mengarah dan menghimbau kepada seluruh orang tua untuk ikut serta menjaga perkembangan anaknya.

Guru dan orang tua harus bersama-sama saling bersinergi untuk menjalankan Jembelajaran Jarak Jauh ini. Beberapa kasus terjadi kesalahpahaman antara guru dan orang tua siswa yang selama ini menjadi kendala tersendiri. Tidak di pungkiri karakter setiap manusia bermacam-macam dan harus saling memahami. Komunikasi anatara guru dan orang tua melalui media WhatApp juga tidak sepenuhnya bisa dipahami dan bisa meimbulkan ketidaksalahpahaman. Disinilah peran pemerintah perlu menjembatani dan mengarahkan antara orangtua dan pihak sekolah. Misalnya adanya acara sosialisasi pelunya pengontrolan Pembelajaran Jarak Jauh dari orang tua melalui stasiun televisi TVRI sebagai upaya pemerintah. Hal sekecil ini lah yang mampu mendorong dan menyamakan persepsi di antara masyarakat. Tidak di pungkiri bahwa seorang guru memiliki tugas besar dan tuntutan besar untuk bisa menyelesaikan capaian target bagi siswa.

 

Sumber

Roucek dan Warrant. (1994). Pengantar Sosiologi. Solo: Bina Aksara.

Media Kontan.co.id edisi 10 Agustus 2020 diakses pada tanggal 23 Agustus 2020, https://nasional.kontan.co.id/news/tiga-dampak-negatif-bila-pembelajaran-jarak-jauh-pjj-terlalu-lama

Media Dream.co.id diakses pada tanggal 23 Agustus 2020, https://www.dream.co.id/techno/survei-pengguna-aktif-esport-di-indonesia-didominasi-milleanials-190226g.html

Komentar